Dukung Kaesang dan Jokowi Jadi Ketum, PSI Jatim Pecah

Dukung Kaesang

Dukung Kaesang – Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kembali menjadi sorotan. Kali ini bukan soal gebrakan milenial atau gaya kampanye kekinian, melainkan geger internal yang mengguncang tubuh partai di level daerah. Jawa Timur, yang selama ini dikenal solid, mendadak panas. Semua bermula dari langkah kontroversial mendukung Kaesang Pangarep—putra bungsu Presiden Jokowi—sebagai ketua umum partai. Dukungan yang semula dianggap sebagai strategi memperkuat brand, justru jadi bom waktu yang memecah barisan.

Tak hanya itu, suara-suara dari akar rumput mulai menggema: sebagian kader menilai dukungan terhadap Kaesang terlalu terburu-buru, minim proses demokratis, dan terasa seperti titipan kekuasaan. Apalagi dengan embel-embel keterlibatan Jokowi sebagai patron politik. Tak pelak, PSI Jatim pun terguncang. Ada yang tetap loyal, ada pula yang angkat bonus new member 100.


Pertarungan Dua Kubu: Loyalis vs Idealis

Retaknya PSI Jatim tak terjadi dalam semalam. Ketika nama Kaesang muncul dalam bursa ketum, sebagian besar DPD kabupaten/kota di Jatim langsung bereaksi keras. Bagi kelompok idealis, PSI dibangun sebagai partai antinepotisme, antikorupsi, dan pro-transparansi. Masuknya Kaesang—yang belum teruji dalam proses kaderisasi dan minim pengalaman politik—dianggap mencederai semangat awal pendirian partai.

Namun, kubu loyalis tak kalah vokal. Mereka melihat Kaesang sebagai simbol regenerasi politik yang tak terbebani masa lalu. Sosok muda, enerjik, dan punya akses langsung ke pusat kekuasaan. Bagi mereka, ini bukan soal kemampuan semata, tapi momentum. Apalagi, di tengah kemacetan partai mahjong ways 2, figur seperti Kaesang bisa menjadi pembeda.

Pertarungan narasi inilah yang akhirnya membuat PSI Jatim pecah. Beberapa pengurus DPD bahkan memilih mengundurkan diri secara terbuka. Surat pengunduran diri mereka disebar di media sosial sebagai bentuk perlawanan terhadap keputusan pusat. Sebuah drama politik yang tidak lagi bisa dibendung.


PSI atau Dinasti Politik Baru?

Munculnya nama Jokowi sebagai “penentu arah partai” menjadi bahan bakar utama kemarahan sebagian kader. Meski tidak pernah secara resmi menyatakan diri sebagai bagian dari PSI, keterlibatan Jokowi dalam pertemuan-pertemuan strategis PSI pusat menimbulkan spekulasi liar. Banyak yang menilai bahwa PSI sedang dijadikan kendaraan baru bagi Jokowi dan keluarganya setelah lengser dari kekuasaan formal.

“Ini bukan lagi partai milenial. Ini kendaraan dinasti,” celetuk salah satu kader DPD PSI Jatim dalam video yang viral di TikTok. Ia menyayangkan bagaimana idealisme awal partai yang dibangun dengan susah payah kini dipertaruhkan demi popularitas sesaat. Kritik itu tak main-main. Ia dibarengi dengan aksi nyata—penyerahan KTA dan pembubaran pengurus DPD di beberapa kota.


Reaksi Publik: Antara Simpati dan Sindiran

Masyarakat pun ikut menyoroti drama internal ini. Di media sosial, warganet terbagi dua. Ada yang menyayangkan PSI yang dinilai terlalu cepat “menjual diri” ke lingkaran kekuasaan. Tapi ada juga yang membela, menyebut bahwa politik adalah soal strategi dan survival. “Kalau Kaesang bisa bawa suara, kenapa tidak?” komentar seorang netizen.

Namun tak sedikit yang melihat ini sebagai kemunduran. Apalagi PSI selama ini menjual semangat meritokrasi dan perlawanan terhadap situs slot resmi. Ketika keputusan besar seperti pengangkatan ketum hanya berdasarkan nama besar dan relasi keluarga, kepercayaan publik mulai luntur.


Apa Selanjutnya untuk PSI Jatim?

Kondisi di Jawa Timur kini ibarat bara dalam sekam. Beberapa DPD masih athena slot, tapi atmosfernya jauh dari tenang. Sementara pusat PSI berupaya meredam dengan pendekatan persuasif, realitas di lapangan menunjukkan bahwa luka sudah terlanjur terbuka. Pengurus yang kecewa tak lagi bisa dibungkam dengan narasi manis.

Kaesang mungkin kini telah sah menjadi ketum PSI, tapi harga yang harus dibayar adalah keutuhan partai di akar rumput. Jawa Timur, yang semula jadi lumbung suara potensial, kini justru berubah jadi panggung perpecahan internal. Dan semua ini baru permulaan dari pertarungan panjang yang akan menentukan: apakah PSI mampu bertahan sebagai partai idealis, atau berubah jadi kendaraan kekuasaan yang kehilangan arah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version